Thursday, July 8, 2010

GAZA OH GAZA!

Entah berapa kali mereka bertanya
kalian berpuisi untuk apa?
bolehkah ia menentang peluru fosforus dan kereta kebal Israel
dapatkah ia menundukkan zionis?

dan entah berapa kali
ku katakan kepada mereka
api yang menyala itu
bermula dengan rasa
bertukar menjadi semangat
sama seperti kita
yang duduk-duduk berpuisi
melantun rasa ke seluruh pelusuk
bukan kerna itu saja yang dapat kita lakukan
tapi itulah mula dan akhir segalanya

Gaza dan Gaza lagi
citra luka mu di musim yang lalu
menemukan aku dengan seorang pengembara
yang ku kira sedang mencari dirinya sendiri
kalau pun tidak melarikan lukanya
dan darah merah mu
membuat aku terus bersamanya
dan hari ini
tanpa ku sedari
duka derita mu
membuat kami terus di sini

Gaza oh Gaza
darah dan air mata mu
membuat aku lupa seketika
dengan air mata dan luka ku sendiri
kembara di tanah bonda
yang mencengkam hati nurani
walau ia sudah berbelas tahun lamanya

kata mereka
ini sindrom Diana Spencer
yang melarikan diri dari luka sendiri
dalam jejak begitu sedikit demi sedikit memadam lukanya

ah! aku tak pernah peduli semua itu
kerna luka tetap luka
tidak kira seorang ibu tua
yang kehilangan anak mudanya di lorong berdarah di Gaza
mau pun perempuan itu yang cukup terparut hidupnya
dalam tawanan proksi Israel
dan dia tinggal di pinggir Kuala Lumpur cuma


Gaza oh Gaza
kau temukan daku dengannya
seorang pengembara
yang ku kira kini telah menemui jalan pulang
dan cinta kepada kemanusiaan
membawa kami bersama menghulur titis kasih
kepada mereka yang memerlukan

Gaza oh Gaza
luka mu dan luka ku
bertemu akhirnya
dan ia menjadikan aku tidak lagi penuh pertanyaan
kerna mereka yang sentiasa memberi
tidak pernah merasa kekurangan
tapi cukup sekadar kalian menerimanya begitu
buat menutup bicara dan pengertian

Gaza oh Gaza
luka kita bersatu
rupanya jejak-jejak itu
menuntut pengertian penyerahan dan penerimaan
akan takdir dan ketentuan Nya

dan di titik ini
terantuk dan tersedar lagi aku
bahawa jalan itu tak pernah mudah seperti jalan yang lurus
dan sukarnya memahami
makna tangisan seorang bayi waktu dilahirkan
yang menyedari bahwa hidup ini
adalah percaturan dan permainan Nya semata
dan siapa kita mahu menafikan
apa yang telah tercatat di loh mahfuz selama ini?

Tuhan ku
Alhamdullilah!


Rumah PENA – 2 Julai 2010.

0 comments: